Test the water yang
biasa kita kenal atau orang sering menyebut “Layaknya menge-test air, ketika
air itu aman ya kita lanjut berenang kalau airnya tidak aman kita batal
berenang.” Hal seperti itu lah yang serakarang lagi hangat di perbincangkan di
Indonesia. Dan yang ingin sedikit saya bahas di sini adalah bagai mana peran
kita sebagai pemuda-pemuda yang “JOMBLO” dan memiliki semangat yang tinggi
untuk sebuah perubahan yang mengarah kepada kebaikan. Okeh tidak usah panjang
lebar karna saya di sini juga tidak pandai merangkai kata-kata, langsung saja
Che Khi Dhot.
Sudah kita ketahui
belum lama Jokowi menyelesaikan pelantikannya sebagai president RI kurang lebih
satu setengah bulan,tapi telah banyak "Kehebohan" yang muncul akibat
banyak kebijakan pemerintahannya maupun pernyataan para pejabatnya yang
kontroversial. Banyak kebijakan jokowi dan pernyataaan para pejabatnya yang
menunjukkan bahwa wabah "Sipilis" (Sekularisme, Plularisme dan
Liberalisme) makin meluas di Negeri ini. Semua itu seharusnya membuat kita
sebagai umat islam lebih waspada.
Seperti penjelasan di atas, mereka membuat Kebijakan, kalau para ulama kalem, kebijakan tersebut akan lanjut. Dan kalau ulama tidak tinggal diam ya mereka tinggal Ngeles "Wartawan salah Nangkep! Gak gitu kok!" dsb. Dulu pas umat di TestTheWater dengan pelarangan takbir, ulama kalem jadi deh itu Kebijakan jalan. Dan ingat TestTheWater perubahan dan pakaian muslim ke pakaian encim di sekolah (DKI)? Umat protest, mereka ngeles "itu cuma gosip!! Gak ada rencana!". Dan, kalau Ust. Yusuf Mansur nggak teriak mereka nggak akan ngeles seperti ini.
Selain itu kita harus bersiap-bersiap sepanjang Lima Tahun ke depan di TestTheWater seperti yang sudah-sudah: Qurban & adzan dilarang, khotbah diatur, imam masjid mesti sertifikasi, doa, pekerja harus menggunakan atribut natal, BBM (yang ujung-ujungnya naik juga), dll mungkin ada yang mau menambah yaa monggoo. . . . .
Dalam hal ini sudah menjadi tugas publik dan terutama para ulama untuk terus menerus "hadir" dan tidak berdiam diri ketika melihat hal seperti ini.
Dan Metode Pemerintah di dalam TestTheWater
Kebijakan >> Umat/Masyarakat Diam >> Kebijakan akan terus berjalan
Kebijakan >> Umat/Masyarakat Protes >> Tinggal Ngeles
Untuk melanjutkan tulisan di atas, saya ingin sedikit membahas hal-hal dan fakta yang terjadi di Indonesia perihal TestTheWater.
Seperti penjelasan di atas, mereka membuat Kebijakan, kalau para ulama kalem, kebijakan tersebut akan lanjut. Dan kalau ulama tidak tinggal diam ya mereka tinggal Ngeles "Wartawan salah Nangkep! Gak gitu kok!" dsb. Dulu pas umat di TestTheWater dengan pelarangan takbir, ulama kalem jadi deh itu Kebijakan jalan. Dan ingat TestTheWater perubahan dan pakaian muslim ke pakaian encim di sekolah (DKI)? Umat protest, mereka ngeles "itu cuma gosip!! Gak ada rencana!". Dan, kalau Ust. Yusuf Mansur nggak teriak mereka nggak akan ngeles seperti ini.
Selain itu kita harus bersiap-bersiap sepanjang Lima Tahun ke depan di TestTheWater seperti yang sudah-sudah: Qurban & adzan dilarang, khotbah diatur, imam masjid mesti sertifikasi, doa, pekerja harus menggunakan atribut natal, BBM (yang ujung-ujungnya naik juga), dll mungkin ada yang mau menambah yaa monggoo. . . . .
Dalam hal ini sudah menjadi tugas publik dan terutama para ulama untuk terus menerus "hadir" dan tidak berdiam diri ketika melihat hal seperti ini.
Dan Metode Pemerintah di dalam TestTheWater
Kebijakan >> Umat/Masyarakat Diam >> Kebijakan akan terus berjalan
Kebijakan >> Umat/Masyarakat Protes >> Tinggal Ngeles
Untuk melanjutkan tulisan di atas, saya ingin sedikit membahas hal-hal dan fakta yang terjadi di Indonesia perihal TestTheWater.
- Tindakan
rezim jokowi menaikkan harga BBm merupakan pelaksaan dari doktrin
'pencabutan subsidi' yang menjadi ciri khas dari ideologi kapitalisme
neo-liberal. Kebijakan itu membuat liberalisasi minyak dan gas (migas)
makin meluas, termasuk di sektor hilir. di antara tergetnya adalah agar
swasta dan asing bisa masuk dalam bisnis eceran migas, khususnya BBM,
setelah mereka menguasai sektor hulu. Ini menunjukkan bahwa liberalisasi
migas, termasuk liberalisasi ekonomi, akan mangkin total | Apalagi pada
desember 2015 mendatang, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan sepenuhnya
dijalankan. MEA mengharuskan Liberalisasi di bidang perdanganan, pasar
tenaga kerja, jasa, pertanian, finansial, pasar modal dan investasi. Hal
itu juga akan diikuti dengan liberalisasi pendidikan, budata bahkan juga
perilaku dan pemikiran.
2.
Liberalisasi yang makin meluas itu tampaknya akan diiringi dengan
proses sekularisasi dan penyebaran paham plularisme yang makin total. Beberapa
pernyataan yang muncul dari beberapa pejabat rezim Jokowi menunjukkan hal itu.
Di antaranya adalah pernyataan tentang penghapusan kolom agama di KTP (Republika.co.id, 10/11) karena dianggap sebagai bentuk
diskriminasi dan pemaksaan. Setelah masyarakat bereaksi keras, lantas
pernyataan itu "dikoreksi". Maksudnya bahwa pencantuman agama di KTP
tidak harus. Ketika publik masih bereaksi keras, lantas diubah lagi bahwa maksudnya,
selain pemeluk enak agama yang di akui boleh mengosongkan kolom agama.
Kebijakan itu, jika terjadi, jelas akan sangat merugikan bagi umat islam.
- Lalu
pernyataan pejabat Jokowi agar UU perkawinan di revisi (Suaranews.com/2014/09), khususnya terkait ketentuan
bahwa perkawinan di anggap sah jika di lakukan sesuai dengan ketentuan
agama. Targetnya agar perkawinan di anggap sah jika sesuai dengan
ketentuan negara, yakni ketentuan administrasi. Jelas, ini sangat
berbahaya karena akan menjadi pintu untuk melegalkan nikah beda agama.
Setelah ad reaksi publik, khususnya umat Islam, pernyataan tersebut
meredup.
- Muncul pula
pernyataan ngawur pejabat Kementrian Agama untuk mengesahkan dan mengakui
Baha'i sebagai agama. Jika itu Terjadi, itu sama saja dengan melegalkan penistaan
terhadap agama khususnya Islam. Dengan itu, Ahmadiyah yang jelas menistaka
Islam juga akan minta diakui dan dilegalkan. Beragam aliran kepercayaan
dan aliran sesat lainnya juga akan ramai-ramai minta diakui dan
dilegalkan. Akibatnya akan makin banyak pihak yang berani lancang
menistakaan Islam. Setelah publik umat Islam beraksi keras, Pernyataan itu
pun padam. (Republika.co.id,15/08)
- Juga ad
pernyataa untuk mengontrol penyiaran agama di ruang pblik Alasannya untuk
menjaga kerukunan beragama. itu sama saha dengan mengontrol cerama,
khutbah, tablig akbar, dsb. Ketika ad reaksi negatif publik, buru-buru
pernyataan itu dinafikan.(Republika.co.id, 27/11)
- Dan
baru-baru ini Dirjen Bimas Islam Kemenag Machasin mengatakan umat Muslim
boleh saja mengenakan atribut Natal. Dia menyebutkan atribut non-Muslim
boleh saja dipakai Muslim sebagai bentuk menghargai saja (Republika.co.id, 8/12). Reaksi Keras pun Bermunculan.
Sekjen Kemenag Nur Syam akhirnya angkat bicara. Dia tidak mendukung
pemakaiaan atribut Natal bagi karyawan Muslim. Kata dia, solidaritas dalam
beragama itu penting dan perlu dilakukan, tetapi tidak hars dengan memakai
atribut agama lain seperti topi dan jenggot sinterklas atau yang lainnya (Republika.co.id, 9/12)
- Dan
baru-baru ini juga Menteri Kebudayaan Penddikan Dasar dan menengah, Anies
Baswedan mengatakan, kementriannya sedang mengevaluasi proses
belajar-mgenajar di sekolah-sekolah negeri. Salah satunya terkait tata
cara membuka dan menutup proses belajar dengan doa "saat ini kita
sedang menyusun tata tertib (tatib) soal aktivitas ini, bagaimana memulai
dan menutup sekolah, termasuk soal doa yang memang menimbulkan masalah.
Ini sedang di-review dengan
biro hukum." kata dia. | Dan menurut Anies, Sekolah negeri bukanlah
tempat untuk mempromosikan keyakinan agama tertentu. Sekolah seharusnya
memberikan kesetaraan bagi penganut agama lainnya. "Sekolah Negeri
harus menjadi sekolah yang mempromosikan sikap berkethunan yang Maha Esa,
bukan satu agama." (Detiknews,
1/12).
Reaksi keras pun bermunculan. dan ketika Reaksi ini Bermunculan
dan apa yang terjadi?
Anies pun membantah. Ia justru ungun mewacanakan agar anak-anak
sekolah di dalam negeri di didik untuk leih relijius, antara lain dengan
membuka dan menutup pross belajar-mengajar dengan doa. Mengenai doa yang akan
digunakan, ia menyebut, itu bukan domain Pemerintah. Ia membantah ide ini
bertujuan untuk mengurangi dominasi satu agama di sekolah. Ia hanya
menginginkan agar buka dan tutup proses belajar-mengajar dihiasi dengan doa. (Republika.co.id, 9/12).
Andai tidak ada Reaksi keras dari publik, boleh jadi Wacana itu
akan melenggang Mulus + Lancar.
Pentingnya Kontrol Masyarakat
Berbagai pernyataan berbahaya di atas mencerminkan bahwa proses
sekularisasi, liberalisasi, dan penyebaran paham pluralisme akan makin meluas
di negeri ini. Namun, semua itu dapat di cegah saat ini karna ad reaksi keras
dari umat Islam. Semua itu menjadi bukti betapa pentingnya kontrol dari umat
Islam, juga betapa pentingnya aktivitas mengoreksi penguasa. Karna itu kontrol
dan koreksi umat terhadap penguasa. karna itu kontrol dan koreksi umat terhadap
penguasa harus terus di lakukan. apalagi semua itu merupakan bagian dari amar
makruf nahi mungkar.
Sesungguhnya kerusakan dan bencana bisa di cegah dan di hindari
jika umat aktif melakukan amar makruf nahi mungkar, terutama terhadap penguasa
dan aparaturnya. Itulah aktivitas yang di perintahkan oleh Islam. Jika umat meninggalkan
aktivitas ini maka umat seluruhnya akan di timpa bencana. Rasul Saw. Bersabda:
«كَلاَّ، وَاللهِ لَتَأمُرُنَّ بالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ وَلَتَأخُذُنَّ عَلَى يَدِ الظَّالِمِ وَلَتَأطِرُنَّهُ عَلَى الحَقِّ أطْراً وَلَتَقْصُرُنَّه عَلَى الحَقِّ قَصْراً أَوْ لَيَضْرِبَنَّ اللهُ بقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ ثُمَّ ليَلْعَننكُمْ كَمَا لَعَنَ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ»
Tidak. Demi Allah, Sungguh kalian harus melakukan amar makruf nahi
mungkar serta menindak orang yang zalim, membelokkan dia menuju kebenaran dan
menahan dia di atas kebenaran atau (Jika Tidak) Allah akan menjadikan hati
kalian saling membenci satu sama lain, kemudian Dia melaknat kalian sebagaiman
Dia telah melaknat Bani Israil (HR Abu Dawud dan
at-Tirmidzi).
Pada hakikatnya, amar makruf nahi mungkar, terutama terhadap
penguasa, merupakan aktivitas menyelamatkan masyarakat dari kebinasaan. Rasul
Saw. Melukikan itu:
«مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا»
Perumpamaan orang yang menegakan ketentuan Allah dan Para
pelanggarnya adalah ibarat satu kaum yang sama-sama naik perahu. sebagian di
bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Mereka yang di bawah, jika ingin
mengambil air, melewati orang yang di atas. Lalu mereka berkata, "Andai
saja kita melubangi tempat kita dan kita tidak akan menyusahkan orang di atas
kita." Jika para penumpang perahu itu membiarkan mereka dan apa yang
mereka inginkan itu, niscaya mereka binasa seluruhnya. Namun, Jika para
penumpang perahu itu menindak mereka niscaya mereka selamat dan selamat pula
seluruhnya. (HR al-Bukhari).
WalLâh a'lam bi ash-shawâb. []
Hadi Santoso,
Mahasiwa Bridge Business College
hadi.bee1@gmail.com | Fb : Hadi Santoso
No comments:
Post a Comment